MENGGALI KREATIVITAS SENI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Hallo parents, kali ini akan membahas tentang bagaimana sih kreativitas seni yang dimiliki anak autisme, dan orang tua yang memiliki anak autisme selalu minder dengan sosial, karena anaknya memiliki keterbatasan, tapi jangan khawatir jika orang tua mensupport anaknya pasti ada sesuatu kelebihan yang dimiliki anak tersebut, seperti artikel di bawah ini. Yuk kita simak.

Beberapa orang memandang anak yang mempunyai perilaku dan kebiasaan yang tidak lazim atau diluar dari kebiasaan umum akan dikucilkan bahkan kadang-kadang dianggap anak yang aneh, tidak bisa bersosialisasi, mempunyai kehidupan dan asyik dengan dunianya sendiri, bahkan yang lebih parah dianggap sebagai anak yang tidak normal. Kita terkadang melihat dari kulitnya saja, memberikan penilaian dari fisik tanpa menyelidiki sebab dan mengapa hal itu terjadi.

Anak berkelebihan khusus (kami menyebutnya berkelebihan bukan berkebutuhan karena dibalik kekurangan mereka, mereka punya kelebihan yang luar biasa), salah satunya adalah Autisme, dibalik keunikannya ternyata anak yang mempunyai kelebihan khusus tersebut mempunyai kemampuan yang luar biasa, terutama dalam hal kreativitas berkesenian. Karya lukis yang lain dari pada yang lain dan kemampuan dalam berekspresi harus ditingkatkan untuk memanfaatkan kemampuan anak secara, maksimal dengan benar, tentunya dengan bantuan yang konsisten untuk menemukan kemampuan anak yang sebenarnya.

“Penting untuk menghindari labelisasi seseorang yang mengidap autisme sebagai orang jenius atau apapun, karena setiap orang memiliki karakteristik individu dengan kekuatan dan kelebihan tersendiri.” Amanda Batten dari National Autistic Society
Ada salah satu contoh anak autisme yang memanfaatkan kelebihanya, ia anak kecil berusia 12 th bernama ega, dia gemar sekali melukis dan pandai memainkan cat acreliknya.
Ini salah satu contoh dari lukisan ega.






Beberapa sumber mengatakan, autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif (Baron-Cohen, 1993, dalam Tabroni 2015).

Menurut Power (1989), dalam Tabroni. Karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang: interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara), perilaku-emosi, pola bermain, gangguan sensorik dan motorik, dan perkembangan terlambat atau tidak normal. Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil, biasanya sebelum anak berusia 3 tahun. Gejala-gejala autisme dapat berkisar dari ringan hingga berat dan intensitasnya berbeda antara masing-masing individu.
Misteri Autisme

Psikiater menyebut banyak figur penting di bidang ilmu pengetahuan, politik maupun seni untuk menggapai kesuksesan bagi anak autisme. Michael Fitzgerald, profesor psikiatri di Trinity College Dublin mengungkapkan bahwa karakteristik yang berkaitan dengan Autism Spectrum Disorders (ASDs) memiliki kesamaan dengan unsur pendukung kreativitas jenius. Prof Fitzgerald menyebutkan Isaac Newton, Albert Einstein, George Orwell, H.G Wells dan Ludwig Wittgenstein sebagai contoh beberapa individu brilian terkenal dan menunjukkan ciri ASD termasuk Asperger syndrome. Tidak hanya itu, Beethoven, Mozart, Hans Christian Andersen dan Immanuel Kant juga didiagnosis Asperger.

Sering kita dengar kata kreativitas, sebenarnya apa itu kreativitas? Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau gagasan baru dan belum di kenal oleh orang lain (Wycoff, 2015). Dalam hal ini khususnya kita membahas tentang kreativitas yang dimiliki oleh anak berkelebihan khusus atau yang sering kita dengar sebagai anak cacat. Mereka sadar akan kekurangannya, tugas kita membuat anak menunjukkan sikap bahwa sebenarnya dia mampu. Dukungan orangtua dan lingkungan sangat mendukung sekali dalam proses penemuan jati diri anak. Terkadang, keluar dari jalur atau kaidah baku yang telah diciptakan dan digunakan pada akhirnya menghambat perkembangan otak anak. Keluar dari kotak harus dilakukan, untuk mengurangi tekanan mental dari luar dan mengembangkan potensi diri anak dalam pengembangan kreativitas.

  


Kecacatan atau kekurangan yang dimiliki anak autisme adalah bukan penyebab utama untuk menghalangi anak berkreasi dan berkarya dalam bidang seni, olahraga maupun bidang lainya, Dengan diberikan semangat dan motivasi yang tinggi anak yang biasanya sering disampingkan dalam masyarakat ini justru dapat membuat prestasi dengan kreativitasnya. Kreativitas akan muncul jika anak tersebut mempunyai kesempatan untuk meraih pengetahuan. Banyak hal yang ia pelajari sehingga akan muncul ide-ide baru untuk berkreasi. Menurut Armstrong (2002) dalam Tabroni, menyebutkan bahwa pada dasarnya anak masih mempunyai banyak sekali kesempatan untuk berkarya dan berkreativitas, dan ini salah satu kondisi yang mendukung untuk anak dapat meningkatkan daya kreasinya.

            Waktu, motivasi, sarana, lingkungan yang mendukung, hubungan orang tua yang tidak posesif, cara mendidik anak dan kesempatan untuk meraih kemampuan, itu semua adalah faktor-faktor untuk anak berkreasi dan berkarya. Jangan biasakan anak di beri waktu yang padat, sehingga tidak ada waktu anak untuk berkarya, dan jangan lupa beri motivasi anak supaya anak terus selalau berkarya. Bebaskan anak untuk berkarya.

Langkah - langkah awal yang harus dilakukan oleh orang tua yaitu menerima dan menghargai semua keunikan anak. Anak yang kreatif juga didukung dari suasana keluarga yang memberi kebebasan pada anak. Selain itu, orangtua juga harus selalu mendorong anak untuk mengkomunikasikan apa yang menjadi keinginannya. Perlu diingat pula, anak yang kreatif biasanya juga tumbuh dari jiwa orangtua yang kreatif yang selalu mengajak anak untuk melakukan aktivitas-aktivitas baru seperti memasak, jalan-jalan keluar rumah, memperbaiki mainan, dan membuat barang kerajinan tangan.

Salah satu terhambatnya proses anak untuk berkreasi (Wycoff, 2015) adalah sistem sekolah yang menginginkan keteraturan dan kedisiplinan, serta anak menyesuaiakan diri dengan sistem agar terhindar dari kegagalan dan bahan tertawaan. Sehingga pada akhirnya membentuk lingkungan yang sedang-sedang saja. Tanpa adanya letupan - letupan kreativitas yang seharusnya leih berani saat usiaanak.
                                                              


Contoh kreatifitas anak penyandang autisme


Daftar Pustaka
Tabroni M, (2015). Menggali Kreativitas Seni. Jakarta; Humaniora
Olivia, F. (2014). Kembangkan Kecerdikan Anak. Jakarta: Elex Media komputindo.
Wycoff, J. (2015). Menjadi Superkreatif. Jakarta: Kaifa.

Artikel by:
Achmad fikri febianto S.Psi
Soffil yudha mulyadi SST.Ft

Komentar

Postingan Populer