APA ITU TANTRUM DAN CARA MENGATASINYA?



Halo bunda :) selamat malam , tak ada salahnya istirahat sambil membaca dongeng tentang anak doong, bulan ini kami kembali lagi dengan cerita yang berbeda pastinya..

Kali ini kami akan mengusung tema tentang pola emosi anak khusunya tantrum dan temper. Tentunya bunda semua pasti seringkali mendengar apa itu temper dan tantrum kan? Ya! Namun kenyataanya masih ada beberapa parents yang masih kurang benar dalam menafsirkan pengertian temper dan tantrum ya bunda, bahkan masih ada beberapa yang masih belum pernah dengar sama sekali. Tak perlu galau dan risau, kali ini kami sahabat marvel kids akan berusaha menjawab pertanyaan beberapa bunda khususnya mengenai pola emosi yang satu ini.


Jadi, apakah temper dan tantrum itu ? banyak ahli yang menafsirkan pengertian tentang temper dan tantrum salah satunya adalah Zaviera(2018) dalam tulisannya mengatakan bahwa temper tantrum merupakan suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol.  Temper tantrum sering muncul pada anak usia 15 bulan hingga 6 tahun. Selanjutnya Hurlock(2000) dalam bukunya menyebutkan bahwa umumunya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengontrol emosinya. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan marahnya atau disebut temper tantrum.

Temper dan tantrum seringkali disebut secara bersamaan dan berkaitan, namun secara arti dapat dimanifestasikan bahwa temper berasal dari bahasa latin yang artinya menahan. Jika diartikan dalam bahasa indonesia, tempers diartikan sebagai emosi amarah dan agresi. Tempers berpusat pada diri sendiri (self-centerd) dan memetingkan diri sendiri (selfish). Kemarahan dengan tantrum dapat berupa perilaku marah yang disertai dengan serangan atau agresi. Pada anak, amarah muncul ketika ia tidak mampu mendapatkan apa yang ia inginkan. Amarah dan agresi mempunyai tujuan yang sama, yaitu memposisikan orang lain atau pesaing jatuh pada posisi kalah. Emosi marah ini bisa berkembang ketika seseorang merasa bahwa ada ancaman yang ia tidak bisa atasi dengn cara sendirinya.



Namun pastinya masih banyak orang tua yang masih kurang mengerti mengenai factor pemicu munculnya perilaku emosi tantrum ini pada anak mereka. Perilaku tantrum terjadi karena berbagai alasan ya bunda, salah satunya bisa karena anak lagi lapar, kurang enak badan, terkadang pula disebabkan oleh kegagalan anak mencapai suatu hal serta tuntutan orang tua yang terlalu tinggi dan tak lupa factor-faktor pemicu dari lingkungan luar seperti pola komunikasi, paparan gadget dan masih banyak lainnya. Selain hal itu banyak anak tantrum dikarenakan kurangnya kemampuan mereka menyampaikan maksud dan keinginan mereka karna kendala komunikasi. Menurut beberapa penelitian, salah satunya menurut Miller (2000) komunikasi yang baikdan efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang baik dan tindakan. Selain itu terdapat beberapa factor lainnya bunda , meliputi :

1.      Pengaruh budaya, seorang anak banyak meniru ya bunda, dari hal itu anak belajar cara mengungkapkan pola perilaku dan pola marah sekaligus. Dalam beberapa budaya tertentu memiliki cara mengekspresikan marah yang berbeda dengan budaya yang lain.

2.      Tahap-tahap perkembangan, banyak pakar perkembangan anak mengatakan bahwa puncak fekuensi kemarahan anak terjadi pada usia 2 tahun.

3.      Komunikasi keluarga, dalam pola komunikasi keluarga membawa peran penting dalam membentuk pola emosi anak ya bunda. Banyak masalah komunikasi orangtua yang akhirnya berdampak pada emosi anak seperti adanya pesan ganda, ekspektasi yang tinggi dihadapkan pada perilaku anak, komunikasi yang tidak konsisten, serta orang tua yang mengalami gangguan pendengaran, orangtua yang memiliki bahasa ibu yang berbeda dengan anak.

4.      Keadaan fisik dan emosional, keadaan anak yang sedang sakit akan cenderung rewel dan mempengaruhi perasaan anak. Anak yang berada dibawah tekanan emosionl tanpa ada alasan sama sekali cenderung lebih lekas marah, mudah emosi dan agresi.

5.      Lingkungan social, tentunya sangat berpengaruh ya bunda seperti anak yang hidup di suatu daerah yang mempunyai sumber stressor lebih banyak akan meningkatkan kemarahan anak. Selain itu tidak adanya figure ayah, jumlah keluarga besar yang memiliki banyak perbedaan pendapat juga mempengaruhi sumber stressor anak sehingga meningkatkan tingkat kemarahan anak.

Selain itu ditambahkan pula oleh Fetsch, dkk (2013) bahwa temper tantrums dapat terjadi karena adanya masalah keluarga, ketidak konsistennya disiplin keluarga, orangtua yang terlalu banyak mengkritik anak, orangtua yang terlalu protective atau terlalu memanjakan, anak tidak mendapat cukup cinta dan perhatian dari orang tua, masalah pernikahan, memiliki kecenderungan gangguan bermain, masalah emosional kedua orangtua, bertemu orang asing, permusuhan dengan saudara kandung, memiliki masalah dengan gangguan berbicara, dan sakit.

Beberapa factor diatas bisa menjadi alasan utama terbentuknya perilaku anak tantrum dan meningkatkan intensitas kemarahan anak bunda. Mungkin sebelumnya masih banyak yang bertanya-tanya apa ya kira-kira penyebab anakku mengamuk, meraung bahkan menjambak dan membenturkan kepala?. Nah, mungkin salah satu factor diatas merupakan penyebab terbentuknya perilaku beberapa anak menjadi tantrum. Selanjutnya mungkin bunda bertanya-tanya dong, terus giamana nih cara penangan yang tepat? Bagaimana menenangkan anak yang tantrum yang bahkan kadang bisa terjadi dimanapun tempatnya.



 Meggit (dalam Widyaninta 2017) mengatasi temper tantrum dengan menyasar langsung kepada perilaku yang telah muncul, seperti :

1.      Menghindari penyebab tantrum dan mengalihkan perhatian anak.
2.      Menghiraukan tantrum dan memberikan perhatian sedikit mungkin terhadap amukannya.
3.      Tetap tenang menghadapi anak yang sedang tantrum.
4.      Konsisten dengan penghirauan tantrum agar anak tidak mengulanginya.
5.      Memberi sentuhan yang lembut dengan pelukan yang kuat dan berbicara dengan tenang.
6.      Memberi instruksi yang sederhana dan jelas untuk meredakan tantrumnya.
7.      Memuji dan memberikan hadiah apabila anak berperilaku baik.
8.      Menyediakan aktivitas yang menyenangkan.
9.      Memperlakukan hukuman bila tantrumterjadi lagi.

Beberapa pembahasan diatas adalah mengenai temper dan tantrum beserta factor penyebab dan cara mengatasinya, semoga ada hal-hal yang bisa dipelajari ya bunda. Sekian dan terimakasih :)

Source :
Widyaninta, Albertin M, 2017, Pemahaman ibu mengenani temper tantrum anak, Yogyakarta
Fetsch, R.J and Jacobson,B. 2013, Childrens anger and Tantrums, Colorado State University

Artikel oleh:
Dessy Nurma Azizi, S.Psi
Soffil Yudha Mulyadi SST.FT, M.Kes

Komentar

Postingan Populer