MENGAPA ANAK KU SEMAKIN BANDEL? SALAH ASUH ?
Dear parents...
Terimakasih
telah mampir dihalaman kami, apakabar parents semua? Semoga tetap sehat, aman,
dan jangan lupa bahagia yaa J.
Di tengah pandemi yang semakin meluas ini jangan lupa jaga kebersihan diri yaa
parents, tetap semangat dan harus tetap bahagia. Kami hadir dengan cerita yang
baru niih, banyak dari orang tua terutama bunda yang ”curcol” tentang anak-anak
yang kian hari kian “bandel” dan susah di atur. Kenapa hal itu bisa terjadi ?
Hal tersebut bisa terjadi karena mungkin bunda yang awalnya bertemu anak ketika pulang sekolah atau sepulang kerja saja, saat ini di tengah wabah yang merebak pemerintah mengharuskan banyak kegiatan di lakukan di rumah sehingga orang tua terutama bunda bertemu anak 24 jam penuh. Dari banyaknya waktu bertemu tidak menutup kemungkinan ketika mulai bosan baik orangtua atau anak akan mulai bertingkah sesuka hati sehingga sering di artikan sebagai “anak bandel”. Padahal bisa dipahami bahwa di dalam rumah keadaan mulai tidak kondusif.
Banyak
dari bunda mengeluhkan bahwa anaknya menjadi anak yang penurut dan baik ketika
berada di luar rumah dan mulai bertingah saat di rumah atau bersama orang
tuanya saja. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Banyak
pertanyaan dari bunda “kenapa di rumah sering buat onar ya?”
“kenapa
anakku di rumah tidak menurut seperti ketika di sekolah ya?
“apa
ini namanya jago kandang, bun?” Dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Terjadinya
hal seperti pertanyaan bunda di atas sebenarnya wajar dan sering terjadi di
usia anak-anak bahkan tidak menutup kemungkinan hingga dewasa. Menurut teori
dari pakar psikososial Eric Erikson (dalam Lismanda, 2018) menyebutkan beberapa
tahapan perkembangan psikososial anak yang mampu mempengaruhi perilaku serta
kepribadian anak selanjutnya. Tahapan perkembangan tersebut di antaranya :
1. Trust
vs Mistrust ( Percaya & Tidak Percaya)
Tahap
ini berlangsung pada usia 0-18 bulan, dimana anak menggantungkan dirinya terhadap
lingkungan terutama orang tua atau pengasuh. Anak melangsungkan sikap percaya
dan tidak percaya atas dasar perasaan aman kepada lingkungan serta orang-orang
yang ada disekitarnya. Ketika anak sering merasa diabaikan dan tidak aman maka
anak akan cenderung mudah tidak percaya terhadap orang asing serta melihat
lingkungannya tidak aman baginya. Sikap yang muncul seperti merengek dan mudah
takut.
2. Autonomy
vs Shame and Doubt (Otonomi & Malu/Ragu-ragu)
Tahapan
kedua berlangsung pada usia 18 bulan-3 tahun. Kecakapan anak mulai terasah dan
mulai mandiri. Kesempatan anak untuk makan sendiri, mandi sendiri serta
melakukan banyak hal sesuai apa yang dicontohkan akan membuat anak tumbuh lebih
percaya diri dan ceria. Namun ketika anak sering dilarang dan orang tua cenderung
ragu terhadap kemampuan anak, maka anak akan tumbuh menjadi pemalu dan kurang
percaya diri.
3. Initiative
vs Guilt (Inisiatif & Rasa Bersalah)
Pada
usia 3-5 tahun anak mengembangkan inisiatif untuk setiap tindakan dengan
perkembangan sebelumnya yang menciptakan anak mandiri dan percaya diri maka di
usia ini anak akan memunculkan inisiatif dalam mengambil tindakan. Namun
apabila orangtua selalu memberikan hukuman bagi tindaan anak maka anak selalu
merasa bersalah dan tida percaya diri dengan lingkungannya.
4. Industry
vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri)
Perkembangan
psikososial terakhir dalam rentang anak-anak terjadi pada usia 6-12 tahun.
Dalam tahap ini anak mengembangkan perasaan percaya diri dengan dukungan dari
orang tua dan guru serta teman. Hal ini berhubungan erat dengan kemampuan anak
dalam bidang akademik dan kegiatan di sekolah. Ketika anak banyak mendapat
dukungan maka ketika menghadapi kegagalan pun anak tidak akan merasa rendah
diri dan masih merasa mendapat dukungan.
Dari
tahapan di atas, kita bisa melihat bahwa perilaku merengek, malu, kurang
percaya diri, mudah merasa bersalah, serta dianggap sebagai “jago kandang”
tercipta dari pola asuh serta lingkungan yang kita ciptakan bagi anak. Apa yang
bisa kita lakukan sebagai orang tua agar anak tumbuh ceria, percaya diri, dan
ulet?
Mari parents simak beberapa hal dibawah ini :
- Sejak dini biasakan anak merasa aman dan nyaman baik dengan orangtua maupun keluarga besar.
- Ajak anak lebih banyak bersosialisasi dengan teman parents atau keluarga.
- Beri pengertian atau kenalkan dengan orang-orang baru.
- Beri reward atau pujian ketika anak berani menunjukkan diri.
- Dampingi anak, tidak memaksa dan menghakimi ketika anak menolak.
- Kenali perasaan anak dan ikut berempati atas pandangan anak.
- Dorong anak ketika merasa gagal dalam mengekspresikan perasaannya.
- Konsisten terhadap aturan baik di rumah maupun di lingkungan luar.
- Lakukan secara bertahap
Demikian
beberapa tips yang mungkin parents bisa lakukan ketika anak mulai merasa kurang
percaya diri diluar rumah dan sering merengek terhadap bunda ketika di rumah.
Semoga bermanfaat parents.
editor : Soffil Yudha Mulyadi SST.Ft,M.Kes
Referensi
Lismanda,
Yorita., 2018, Pondasi Perkembangan Psikososial Anak Melalui Peran Ayah Dalam
Keluarga. Malang, Jurnal pendidikan
Utami,
W., dkk 2017, Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Psikososial
Anak Usia Prasekolah Di Tk Pertiwi 1 Desa purbowangi Kecamatan buayan Kabupaten
kebumen, Kebumen, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume13, No. 1February
2017
Komentar
Posting Komentar