Speech Delay Pada Anak: Definisi, Gejala, dan Cara penanganannya
Hallo parents semua :) pada kesempatan
kali ini kami akan membahas sesuatu yang penting banget kita sadari, tingkat
kesadaran kita tentang keterlambatan berbicara pada anak sering kali telat
lhoo.. padahal semakin cepat dan dini anak diberikan terapi umumnya
perkembangan akan semakin cepat
Kemampuan bicara anak salah satu
perkembangan penting. Kapan saatnya anda harus segera membawa anak untuk terapi
? Berikut 13 tanda Anda mulai waspada. Bila Anda mempunyai anak masih balita
maupun batita tentunya Anda senang memperhatikan perkembangannya. Salah satu
yang sangat menarik perhatian adalah perkembangan kemampuan bicaranya.
Kemampuan bicara anak mulai dari usia 12
bulan hingga 3 tahun. Memang wajar bila
Anda menemukan beberapa kesalahan pengucapannya. Atau, biasanya pada
beberapa anak-anak yang mengalami kesulitan pengucapan huruf-huruf tertentu.
Seperti ‘R, L, S,’ dan lainnya. Atau, Anda menemukan ada beberapa kata-kata
yang tidak dapat diucapkan tepat.
Gangguan
Perkembangan Bicara Anak
Pada suatu penelitian yang dilakukan di
Indonesia beberapa waktu lalu gangguan bicara dan bahasa dialami 8% anak usia prasekolah. Sedangkan 20% dari anak berumur 2 tahun
mempunyai gangguan keterlambatan bicara. Umumnya keterlambatan bicara paling
sering terdeteksi pada usia 3-16 tahun. Sedangkan pada anak usia 5 tahun
ditemukan sebanyak 19% memiliki gangguan
bicara dan bahasa. Selain itu juga Gagap
terjadi 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada usia remaja.
Menilai
Kemampuan Bicara Anak
Jika anak Anda memiliki gangguan
dipelafalan, kontak mata yang minim, tidak berbicara atau berbicara sangat
sedikit, Anda harus segera bertindak cepat. Anda harusnya mengevaluasi
kemampuan anak Anda utamanya pada usia
16 sampai 24 bulan. Perhatikan tanda-tanda berikut ini:
·
gejala
yang paling sering dilaporkan pada usia ini adalah minat yang terbatas atau pada
tatap muka dan bersosial
·
interaksi,
jarang mencari kenyamanan fisik dengan orang tua dan melakukan inisiasi lebih
sedikit dan tanggapan terhadap penawaran interaksi sosial dari orang lain
(Yoder et al. 2009).
·
Defisit
spesifik penerimaan terhadap penawaran sosial termasuk kurangnya senyum sosial
(mis. senyum sebagai respons terhadap senyum dari orang lain) dan respons
terbatas terhadap nama (Nadig et al. 2007).
·
Selain
itu, saat balita anak jarang melihat wajah dan gerakan wajah orang lain,
terkesan tidak adanya kontak mata, ekspresi afektif dan isyarat pandangan serta
kegiatan orang lain (Shic dan Al. 2011).
·
Anak-anak
ini juga menunjukkan respons emosional yang tidak lazim, dengan minimnya respon
pengaruh positif (Garon et al. 2008).
·
Kontak
mata jarang,sebentar dan tidak terintegrasi dengan baik secara komunikatif
(Chawarska et al. 2007)
·
Pada
usia sekitar 2 tahun kebutuhan sensorik yang tidak biasa, perilaku jari dan
tangan, dan gerakan tubuh yang berulang (Brian et al. 2008; Chawarska et al.
2009; Werner et al. 2005), kebutuhan sensorik dapat mencakup eksplorasi objek
yang tidak lazim (misalnya, menggosok objek di wajah, memasukkan ke dalam mulut
atau mengendus objek), reaksi tak nyaman terhadap tekstur tertentu dan minat
pada objek dengan antusias tinggi (Misalnya, baut di kursi, tali pada bagian
mainan, roda pada mobil mobilan).
·
Perilaku
stereotipikal juga dapat diekspresikan seperti ucapan, termasuk echolalia dan
naskah tertulis (misalnya, mengutip kalimat dan kata kata pada film atau buku,
pelabelan objek konservatif atau pertanyaan berulang; Kim dan lord 2010).
·
Sementara
pada beberapa anak, perilaku dan minat yang berulang tak terkendali sampai 2
tahun, bagi anak yang lain, perilaku ini, meskipun dinyatakan relatif ringan
pada kisaran 2 tahun, menjadi lebih jelas seiring berjalannya waktu (Chawarska
et al. 2007; Richler et al. 2007).
·
Terlihat
imajinasi dan kreativitas yang terbatas dalam bermain, serta keterlambatan
dalam imitasi motor dan bagaimana cara bermainnya (Brian et al. 2008; Charman
et al. 1997; Chawarska et al 2007).
·
Ketika
diberi kesempatan untuk bermain dengan mainan miniatur (misalnya, mobil,
boneka, hewan, peralatan rumah tangga), anak cenderung fokus pada kualitas
sensorik mereka tentang bagaimana mainan tersebut rasakan, pantulan cahaya atau
suara bising yang mereka buat daripada fungsi atau kegunaan mainan miniature
tersebut (misalnya, cangkir untuk minum, bola untuk melempar). Ketertarikan
mereka pada mainan seringkali cepat berlalu dan mereka segera berpindah dari
satu objek ke objek lainnya. Terlihat gampang bosan Seringkali, mereka tidak
mengerti manfaat dari pemodelan dan pengajaran karena defisit imitasi serta
defisit representasi simbolik (Charman et al. 1997).
·
Ketika
anak bermain, permainan mereka sering berulang dan stereotip (misalnya,
melibatkan mengurutkan mainan dengan cara tertentu atau terus mengulangi
rutinitas bermain dengan cara yang sama berulang-ulang (misalnya, beri makan
boneka, menata buku, menata shampoo dietalase mall).
·
Selain
itu, anak akan tertarik pada mainan tetapi bermain dengan cara mereka sendiri
yang untuk jangka waktu yang lama (misalnya, menekan tombol untuk menghasilkan
suara), anak jarang berinteraksi langsung ke anak-anak. yang lain, atau membuat
beberapa upaya (menarik tanggan, menangis, merengek) untuk membuat orang lain
memainkannya juga (Landa et al. 2007).
Jika anak menunjukkan tanda-tanda di
atas, Anda wajib mencurigai kondisi adanya gangguan bicara pada dirinya. Karena
itu deteksi dini dan mengenali keterlambatan bicara pada anak sejak dini sangat
penting.
Keterlambatan bicara sering dialami anak
dengan berbagai penyebab dan gangguan bicara bisa ringan hingga berat. Deteksi
dini keterlambatan bicara pada anak sangat penting dilakukan untuk segera
intervensi dan stimulasi lebih dini.
.
Kapan Butuh Terapi Anak Terlambat Bicara?
Bila setelah usia 12 bulan lebih
perkembangan bicara masih belum optimal, maka terapi komunikasi dan terapi
reseptor dapat segera dilakukan. Terapi kominikasi dan terapi reseptor harus
segera dan agresif dilakukan pada gangguan keterlambatan bicara.
Namun memang ada penyebab lainnya
gangguan bicara seperti: kelainan pada organ bicara, gangguan fungsi susunan
saraf, dan gangguan mental. Para terapis akan menyarankan orangtua untuk
berkonsultasi ahli masing-masing bagian. Untuk itulah, para terapis juga
memerlukan bantuan dari para ahli sesuai bidangnya.
Terapi anak terlambat bicara baik terapi
komunikasi, terapi bicara, terapi reseptor, dan lainnya dapat membantu dalam memperbaki
dan mengoptimalkan beberapa kondisi kekurangan atau kesalahan terkait
artikulasi atau berbicara. Biasanya terapi berlangsung sekitar 3-4 kali dalam
seminggu dengan satu seisi atau dua sesi. (1 sesi 50-60 menit)
Dalam terapi akan bergantung pada
beberapa faktor: tipe gangguan bicara itu
ringan atau beratnya gangguan, dorongan orang tua, dan membantu
anak-anak latihan dan membentuk lingkungan di rumah. Tak kalah pentingnya
adalah kerjasama anak dengan terapis.
by: Soffil Yudha Mulyadi SST.Ft.,M.Kes
Komentar
Posting Komentar