BERMAIN ADALAH CARA BELAJAR DAN TERAPI ANAK SURABAYA
Selamat malam parents, terapi anak akan lebih optimal jika dilakukan dengan fun:), seperti apa itu ya?? mari kita simak ya,
artikel by:
widdatur rohmah, S.Psi
Soffil Yudha Mulyadi SST.Ft, M.Kes
Anak dan
bermain adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena bermain
merupakan kegiatan mengekspresikan diri tanpa paksaan dengan perasaan senang. Namun mungkin sebagian dari kita orang dewasa
menganggap bermain adalah suatu kegiatan yang sia-sia dan menghabiskan waktu,
yang seharusnya waktu tersebut dapat digunakan anak untuk belajar. Belajar seringkali hanya dianggap sebagai kegiatan
yang berkaitan dengan mempelajari kemampuan akademis atau bidang tertentu. Sedangkan
belajar adalah sesuatu yang lebih luas dari itu.
Pada
hakikatnya bermain bagi anak usia dini dapat digunakan untuk mempelajari dan
belajar banyak hal, dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri,
menata emosi, toleransi, kerja sama, dan menjunjung tinggi sportivitas (Mulyasa
2014:166). Serta pada anak usia dini, bermain dapat memberikan banyak manfaat
terhadap perkembangannya. Adapun manfaat bermain dapat mengembangkan aspek
moral, motorik, kognitif, bahasa, serta perkembangan sosial anak. Manfaat
bermain tidak hanya dirasakan ketika dilakukan bersama sekelompok teman, namun
bermain sendiri juga dapat memberikan manfaat tersendiri bagi anak usia dini.
a.
Bermain dan perkembangan moral
Menurut Santrock (2012:282) perkembangan moral mencakup
perkembangan pikiran, perasaan, dan perilaku menurut aturan dan kebiasaan
mengenai hal-halyang seharusnya dilakukan seseorang ketika berinteraksi dengan
orang lain. Pada anak usia dini, moralitas bagi mereka merupakan hal abstrak
dan sulit untuk didefinisikan, sehingga perlu cara lain untuk mengenalkan moral
pada anak, salah satu cara yaitu melalui kegiatan bermain. Misal dalam bermain
diberikan tata cara atau aturan yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar.
Disinilah peran bermain dalam mengembangkan moral, ketika anak sudah mau
mengikuti aturan yang berlaku, maka tidak akan sulit memberikan konsep-konsep
yang berlaku juga dalam masyarakat, misalnya anak kecil harus salim dan
berpamitan kepada orang tua sebelum sekolah atau bepergian.
b.
Bermain dan perkembangan motorik
Aspek motorik sarat dengan kegiatan yang dilakukan
dengan gerak, baik gerak kasar atau halus. Pada anak usia dini, aktivitas yang
dikerjakan selalu diwarnai dengan gerak. Gerak dapat menyebabkan anak bermain
dan bermain membuat anak menggerakkan anggota tubuhnya. Anak yang mendapatkan
kesempatan untuk bermain, maka ia akan melatih kemampuan otot-otot yang
menjadikan anak kuat dan bugar.
c.
Bermain dan perkembangan kognitif
Arti dari kognitif merupakan pengetahuan, ingatan,
kreativitas, daya pikir, serta daya nalar. Anak usia dini dapat mengenal konsep
hanya dengan bermain. Dengan bermain anak akan lebih mudah menerima
konsep-konsep tersebut daripada diajarkan seperti orang dewasa yang sedang
belajar. Contoh sederhana semisal ia sedang bermain bola, ia dapat mengenal
bentuk bola yang ia mainkan bagaimana, warna bolanya apa, lebih besar atau
lebih kecilkah dengan bola milik teman lainnya.
d.
Bermain dan perkembangan bahasa
Sejak lama telah diketahui bahwa bahasa memegang
peranan penting dalam kehidupan. Tanpa adanya bahasa, maka tidak akan pernah
terjadi interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,
maupun kelompok dengan kelompok.
Dalam setiap kesempatan bermain anak selalu
berkomunikasi dengan lawan mainnya, baik berkomunikasi secara verbal maupun non
verbal. Awalnya dalam bermain anak hanya menggunakan bahasa tubuh, namun
seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya perbendaharaan kata maka anak
akan menggunakan bahasa verbal dalam rangka berkomunikasi dengan teman mainnya.
Perkembangan bahasa dapat dikembangkan ketika anak mengutarakan keinginannya,
mengeluarkan pendapat, serta memberi komentar kepada lawan mainnya.
e.
Bermain dan perkembangan social
Tidak ada anak yang tidak suka bermain. Sekumpulan
anak-anak akan saling bersosialisasi dalam kegiatan bermain. Dari kegiatan
bermain bersama teman-teman, anak akan belajar memahami diri dan orang lain.
Anak yang mulanya egosentris, setelah bermain dengan
anak-anak lain bisa dimungkinkan ia akan mulai sosialis. Egosentris adalah
keadaan dimana semua benda atau sudut pandang diarahkan menurut perspektif
dirinya. Selain itu, bermain juga dapat melatih rasa tanggung jawab anak,
kedisiplinan, serta kejujuran. Dengan bermain bersama teman lainnya, ia akan
bersikap untuk dapat bekerja sama dalam tim.
Bermain
merupakan kebutuhan anak yang sangat penting, dengan bermain anak akan
membangun pengetahuannya tentang apa yang ada di sekitarnya, dan membangun
kreatifitasnya baik dengan menggunakan suatu benda atau alat permainan maupun
tidak.
Bermain adalah
salah satu cara anak mendapatkan informasi. Bermain memberikan motivasi
instrinsik pada anak yang dimunculkan melalui emosi positif. Emosi positif yang
terlihat dari rasa ingin tahu anak meningkatkan motivasi instrinsik anak untuk
belajar. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian anak terhadap tugas. Emosi
negative seperti rasa takut, intimidasi dan stress, secara umum merusak
motivasi anak untuk belajar. Rasa ingin tahu yang besar, mampu berpikir
fleksibel dan kreatif merupakan indikasi umum anak sudah memiliki keinginan
untuk belajar. Secara tidak langsung bermain sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan anak untuk belajar dan mencapai sukses. Hal ini sesuai dengan
teori bermain yang dikemukakan oleh James Sully, bahwa bermain berkait erat
dengan rasa senang pada saat melakukan kegiatan (Mayke S Tedjasaputra; 2001)
Bermain bagi
anak tidak hanya memberikan kepuasan terhadap anak akan tetapi bermain dapat
pula membangun karakter dan membentuk sikap dan kepribadian anak. Docket dan
Fleer berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui
bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan
dirinya. Sejalan dengan teori tersebut Susanto mengemukakan bahwa bermain dapat
membentuk sikap mental dan nilai-nilai kepribadian anak diantaranya :
1.
Dengan bermain itu anak belajar menyadari
keteraturan, peraturandan berlatih menjalankan komitmentyang dibangun dalam
permainan tersebut
2.
Anak belajar menyelesaikan masalah dalam
kesulitan terendah sampai yang tertinggi.
3.
Anak berlatih sabar menunggu giliran setelah
temannya menyelesaikan permainnanya.
4.
Anak berlatih bersaing dan membentuk motivasi
dan harapan hari esok akan ada peluang memenangkan permainan.
5.
Anak-anak sejak dini belajar menghadapi resiko
kekalahan yang dihadapi dari permainan.
Maka dari itu play therapy atau terapi bermain adalah
salah satu metode yang kami gunakan dalam memberikan treatment. Yang tidak lain dilandaskan pada dunia anak itu sendiri
yaitu bermain serta bertujuan agar para murid merasa tetap senang J
terapi anak surabaya siap membantu perkembangan kondisi anak, cerebral palsy surabaya, adhd surabaya, autism surabaya, terapi anak autis surabaya, terapi anak di surabaya.
Sumber:
Pratiwi, Wiwik.
2017. Konsep Bermain pada Anak Usia Dini. 5(2).
Rohmah, Naili.
2016. Bermain dan Pemanfaatannya dalam Perkembangan Anak Usia Dini. 13(2).
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Martha%20Christianti,%20M.Pd./Anak%20Dan%20Bermain.pdf
artikel by:
widdatur rohmah, S.Psi
Soffil Yudha Mulyadi SST.Ft, M.Kes
Komentar
Posting Komentar